![]() |
Add caption |
PERILAKU
KONSUMEN DAN PERMINTAAN PASAR
HUKUM
PERMINTAAN:
“Bila harga suatu
barang naik, maka ceteris paribus
(semua faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang dianggap tidak berubah) jumlah
yang diminta konsumen akan barang tersebut turun.
ADA
DUA PENDEKATAN (APPROACH) DALAM HUKUM PERMINTAAN:
1. Pendekatan
Marginal Utility
Pendekatan yang bertitik tolak pada anggapan bahwa
kepuasan (utility) setiap konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan
lain (utility yang bersifat cardinal).
Contohnya:
seperti mengukur volume air, panjang jalan atau berat dari sekarung beras.
2. Pendekatan
indifference curve
Pendekatan yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa kepuasan konsumen bisa diukur;
anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan
lebih tinggi atau lebih rendah tanpa mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih
rendah (utility yang bersifat ordinal).
PENDEKATAN
MARGINAL UTILITY
Pendekatan konsumen bisa diterangkan
dengan menggunakan Marginal Utility.
Pendekatan
Marginal Utility, Anggap bahwa:
1. Utility
bisa diukur dengan uang
2. Hukum
Gossen (law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu:
Bahwa
semakin banyak suatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan (Marginal
Utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan
menurun.
3. Capai
Konsumenselalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.
Gambar I mengenai Marginal Utility
dari konsumsi suatu barang X.
Semakin banyak barang X
yang dikonsumsikan, semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X
yang terakhir dikonsumskan.
Bila harga barang X
adalah OPx, maka pada tingkat konsumsi yang lebih rendah dari OX3,
tingkat kepuasan total (total utility) konsumen belum mencapai maksimum.
Misalnya: pada tingkat konsumsi OX1,
maka setiap tambahan pembelian 1 (satu) unit X akan memberikan tambahan
kepuasan (yang dinilai dengan uang) sebesar X1B, sedangkan
pengorbanan (berupa pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah hanya X1A
(=OPx).
Keterangan:
AB :
Tambahan Kepuasan (Marginal utility)
C :
Kepuaan Total Maksimum
X :
Barang Konsumsi
Jadi, ada tambahan
kepuasan netto sebesar AB bila konsumen membeli lebih banyak X. Oleh sebab itu
masih menguntungkan baginya apabila menambah pembelian barang X.
Sebaliknya, pada tingkat konsumsi lebih
besar dari OX3 maka kepuasan total konsumsi OX2, maka
tambahan kepuasan yang diperoleh dari pembelian 1 (satu) unit terakhir dari
barang X hanya sebesar X2D (=OPx).
Jadi akan menambah
kepuasan total konsumen bila dikurangi tingkat konsumsi (pembeliannya).
Konsumen akan mencapai
kepuasan total yang maksimum pada tingkat konsumsi (pembelian) dimana
pengorbanan untuk pembelian unit terakhir dari barang tersebut (yang tidak lain
adalah harga unit terakhir tersebut) adalah sama dengan kepuasan tambahan yang
didapatkan dari unit terakhir tersebut.
Kepuasan
Total maksimum tercapai bila:
![]() |
Px = MUx atau MUx
= 1
Fx
“Seandainya harga
barang X naik dari OPx menjadi OPx’, maka untuk mencapai
posisi kepuasan total yang maksimum (atau sering disebut posisi equilibrium konsumen), konsumen akan
memilih tingkat konsumsi (pembelian) sebesar OX4 (yang lebih kecil
dari OX3)”.
Jadi, perilaku konsumen yang dinyatakan
oleh Hukum Permintaan terbukti.
Dengan pendekatan
marginal utility ini, kurva Marginal Utility (yang diukur dengan uang) tidak
lain adalah kurva permintaan konsumen. Karena menunjukkan tingkat pembeliannya
(atau jumlah yang ia minta) pada berbagai tingkat harga.
Posisi
Equilibrium konsumen, saat konsumen menghadapi membeli beberapa macam barang:
![]() |
MUx = MUy
= ......... MUz = 1
Px Py Pz
Syarat ini bisa dicapai
dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (atau penghasilan atau “budget”
yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap barang sama dengan harga
masing-masing barang.
Bila kita menganggap
suatu kasus yang lebih realistis dimana konsumen hanya memiliki sejumlah uang
yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli barang-barang sampai pada tingkat
MU = P untuk setiap barang. Maka bisa dibuktikan bahwa dengan uang yang
terbatas tersebut. Ia bisa mencapai kepuasan total yang paling tinggi bila ia
mengalokasikan pembelanjaannya sehinga dipenuhi syarat:
![]() |
MUx = MUy
= ......... MUz
> 1
Px
Py Pz
Ini disebut Syarat
Equilibrium Konsumen dengan Constraint. (Yaitu dengan pembatasan jumlah uang yang
dipunyai).
PENDEKATAN
INDIFFERENCE CURVE
Anggap bahwa:
1. Konsumen
mempunyai pola referensi akan barang-barang
konsumsi (misalnya X dan Y) yang bisa dinyatakan indifference map atau
kumpulan dari indifference curve.
2. Konsumen
mempunyai sejumlah uang tertentu
3. Konsumen
selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum
Definisi
Indiffernce Curve:
“Konsumsi (atau
pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama”.
Asumsi
Indiverence Curve:
1. Turun
dari kiri ke atas ke kanan bawah
2. Cembung
ke arah origin
3. Tidak
saling memotong
4.
Yang
terletak di sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi
(tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi yaitu asumsi ordinal utility).

Dengan
jumlah uang tertentu (M) konsumen bisa membelikannya semua untuk barang X dan memperoleh sebanyak: M ; atau
membelikannya semua untuk barang Y dan memperoleh M ;
Px Py
Atau
bisa membelanjakan jumlah uang M tersebut untuk berbagai kemungkinan kombinasi
X dan Y seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan M dan M
.
Px Py
Garis ini yang disebut garis Budged atau Budget Line.
Tingkat kepuasan yang maksimum dicapai
bila konsumen membelanjakan M untuk membeli sebanyak OY1 barang Y
dan OX1 barang X, yaitu pada posisi persinggungan antara budget line
dengan indifference curve.
Posisi ini menunjukkan
posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium konsumen dengan
constraint (M) karena I1 adalah indifference curve yang tertinggi
yang bisa dicapai oleh budget line tersebut; posisi selain A hanya bisa
mencapai indifference curve yang lebih rendah dari I1.
Sekarang bila harga X turun dari Px menjadi Px’ dengan harga Y
tetap maka budget line akan berayun ke kanan menjadi garis M « M. Posisi
equilibrium yang baru adalah pada C.
Py Px
Jadi, dengan adanya penurunan harga
barang X, maka jumlah barang X yang diminta naik dari OX1 menjadi OX3.
Perilaku konsumen menurut Hukum Permintaan, terbukti.
Keunggulan
pendekatan Indifference Curve dibandingkan dengan pendekatan Marginal Utility:
1. Tidak
perlunya menganggap bahwa utility konsumen bersifat cardinal
2. Efek
perubahan harga terhadap jumlah yang diminta bisa pecah lebih lanjut menjadi
dua, yaitu efek substitusi atau substitution effect dan efek pendapatan atau
income effect.
Dari Gambar di atas, efek total dari
penurunan harga barang X dari Px menjadi Px’ dapat
dipecah menjadi X1X2 = Substitution effect dan X2X3
= Income effect.
Keunggulan
lain dari Indefference Curve adalah:
Bisa ditunjukkan beberapa faktor lain
yang sangat penting yang mempengaruhi permintaan konsumen akan sesuatu barang.
Faktor-faktor
ini (yang di dalam Hukum Permintaan dianggap tidak berubah, atau Ceteris
Paribus), adalah:
1.
Penghasilan
atau Income Riil konsumen
Kenaikan income rill konsumen yang dicerminkan oleh
kenaikan M bila harga-harga barang yang dianggap tetap, biasanya menaikkan
permintaan konsumen.
Keadaan seperti ini berlaku bagi barang-barang pada
umumnya atau barang “normal”. Pengecualian terjadi untuk barang-barang
“inferior”, dimana kenaikan income rill menunjukkan permintaan akan barang
tersebut (income effect negatif).

![]() |
||||||
|
||||||
|
||||||
2.
Perubahan
harga barang lain.
Perubahan harga barang yang mempunyai “hubungan”
dekat dengan suatu barang bisa pula mempengaruhi permintaan akan barang
tersebut. Perubahan harga Y bisa mempengaruhi permintaan akan barang X.

3. Selera
konsumen
Perubahan
selera konsumen bisa ditunjukkan oleh perubahan bentuk atau posisi dari
indifference map. Tanpa ada perubahan harga barang-barang maupun income,
permintaan akan sesuatu barang bisa berubah karena perubahan selera.
FUNGSI
PERMINTAAN DAN KURVA PERMINTAAN
Fungsi
permintaan (demand function) adalah:
Persamaan yang
menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan akan sesuatu barang dan semua
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
X = f (Px, Py, Pz,
M, S)
S = Selera.
Fungsi permintaan tidak bisa digambarkan
pada diagram dengan dua dimensi.
Kurva permintaan (demand curve) adalah
gambar dari fungsi permintaan yang disederhanakan, yaitu dengan menganggap
faktor-faktor lain selain harga barang itu sendiri tidak berubah.
![]() |
Perhatikan bahwa kurva permintaan
bergeser; karena adanya perubahan dari faktor-faktor lain (Py, Pz,
M, S) yang semula dianggap tetap (ceteris paribus).
KASUS
PENGECUALIAN
Ada tiga kasus dimana kurva permintaan
yang menurun tidak berlaku:
1.
Kasus
Giffen
Kasus ini terjadi bila income effect (yang negatif)
bagi barang-barang “inferior” adalah begitu besarnya sehingga substitution
effect (yang selalu positif) tidak bisa menutup income effect yang negatif
tersebut. Akhirnya penurunan harga barang X justru menurunkan jumlah barang X
yang diminta konsumen.
Barang “Giffen” adalah barang “inferior”, tetapi
tidak semua barang “inferior” adalah “giffen”.
![]() |
2.
Kasus
Spekulasi
Yaitu bila konsumen berharap bahwa harga barang
besok pagi akan naik lagi, maka kenaikan harga tersebut hari ini justru bisa
diikuti oleh kenaikan permintaan akan barang tersebut hari ini.
3.
Kasus
barang-barang Prestise
Untuk beberapa barang tertentu, misalnya permata bekas
milik orang kenamaan. Kenaikan harga bisa diikuti dengan kenaikan permintaan.
Semakin tinggi harga barang tersebut, semakin tinggi
kepuasan konsumen yang diperoleh dari naiknya unsur prestise (yang naik sejalan
dengan kenaikan harga barang tersebut) dan semakin tinggi pula kesediaan
konsumen untuk membayar harga yang lebih tinggi.
SURPLUS
KONSUMEN
Surplus
konsumen (consumer’s surplus) adalah:
Kelebihan atau
perbedaan antara kepuasan total atau total utility (yang dinilai dengan uang)
yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsikan sejumlah uang barang tertentu
dengan pengorbanan totalnya (yang dinilai dengan uang) untuk memperoleh atau
mengkonsumsikan jumlah barang tersebut.
![]() |
Kurva permintaan,
menurut pendekatan Marginal Utility adalah kurva marginal utility yang dinilai
dengan uang.
Jadi area OABD adalat
Total Utility (dinilai dalam uang) yang diperoleh konsumen dari berkonsumsi
barang X sebanyak OA.
Pengorbanan totalnya
(dalam uang) adalah jumlah uang yang ia bayarkan untuk memeproleh jumlah OA
tersebut, yaitu OA kali harga OPx, BA).
Surplus
Konsumen adalah selisih dari kedua area tersebut, yaitu PxDB.
Arti
pentingnya:
Surplus konsumen
menunjukkan keuntungan netto (dalam bentuk kepuasan) yang diperoleh konsumen
karena pertukaran bebas dan spesialisasi dalam produks i memungkinkan si
konsumen untuk membayar barang-barang dengan harga yang lebih rendah daripada
nilai barang tersebut untuknya (yaitu “kepuasan” yang diperoleh).
Bahwa pembatasan
terhadap pertukaran bebas akan mengurangi surplus konsumen yang dinikmati oleh
konsumen itu sendiri dan surplus konsumen yang dinikmati oleh konsumen itu
sendiri dan masyarakat bisa ditunjukkan dengan contoh:
Seandainya pajak
dikenakan atas harga perunit X yang dikonsumsikan oleh konsumen kita dalam
uraian diatas, sehingga harga belinya menjadi Px + pajak = P’x.

Gambar 8
PERMINTAAN
PASAR DAN ELASTISITAS
Permintaan pasar untuk
sesuatu barang adalah penjumlahan dari semua kurva permintaan konsumen yang ada
dalam pasar tersebut.
Seandainya dalam suatu
pasar ada 2 orang konsumen (1 dan 2), maka kurva permintaan pasar bisa
diperoleh dengan melakukan penjumlahan horisontal dari kurva-kurva permintaan
konsumen-konsumen tersebut untuk setiap tingkat harga.

Gambar
9
Ada beberapa macam
konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan.
1.
Elastisitas
harga
Yaitu persentase perubahan jumlah yang diminta yang
disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut dengan 1 (satu) persen*), atau
secara umum:
![]() |
Eh
= Persentase perubahan jumlah yang diminta
Persentase perubahan harga barang tersebut
Bila Eh > 1 dikatakan bahwa permintaan
elastis
Bila Eh < 1 dikatakan bahwa permintaan
in-elastis
Bila Eh = 1 dikatakan elastisitas harga
tunggal (unitary elasticity)
2.
Elastisitas
(harga) silang
Yaitu persentase perubahan jumlah yang diminta akan
sesuatu barang yang diakibatkan oleh perubahan harga barang lain (yang
mempunyai “hubungan”) dengan 1 (satu) persen, atau secara umum.
![]() |
Es
= Persentase perubahan permintaan akan barang X
Persentase perubahan harga barang Y
Bila hubungan antara X dan Y adalah substitusi
(yaitu saling bisa mengganti), biasanya Es adalah positif.
Kenaikan harga barang Y diakibatkan berkurangnya
permintaan akan barang Y dan bertambahnya (karena proses substitusi Y dengan X)
permintaan barang X.
Bila hubungan antara X dan Y adalah komplementer,
biasanya Es adalah negatif.
3.
Elastisitas
Pendapatan
Yaitu persentase perubahan permintaan akan suatu
barang yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan (income) riil konsumen dengan
1 (satu) persen atau:
![]() |
Ep
= Persentase perubahan permintaan
akan barang X
Persentase perubahan pendapatan riil
Untuk barang “normal” Ep positif dan
untuk barang “inferior” Ep negatif; Barang-barang kebutuhan pokok biasanya
mempunyai Ep < 1 sedang untuk barang-barang yang tidak pokok
(misalnya barang-barang mewah) Ep > 1.
Koefisien elastisitas harga bisa dihitung dengan dua
cara:
1. Elastisitas
Busur (Arc Elasticity)
2.
Elastisitas
Titik (Point Elasticity)

Gambar
10

Arc Elasticity Eh = DQ/ ½ (Q1
+ Q2)
DP/ ½ (P1 + P2)
Dimana:
DQ
= Q1Q2 dan
DP
= P1P2
Arc Elasticity
menganggap adanya perubahan harga yang cukup berarti (besar).

Point elasticity Eh = dQ/Q = dQ.P
dP/P dP.Q
Bila dibuktikan secara
ilmu ukur bahwa Eh (point) untuk satu titik B adalah sama dengan
BM/KB. Bila L persis terletak di tengah-tengah antara K dan M, maka Eh
(point) pada L = 1.
Bila titik terletak
agak mendekati K, misalnya B, maka Eh pada B > 1. Dan bila agak
mendekati M, misalnya C, maka Eh pada C < 1.
![]() |

Eh penting dari segi
penjual karena aadanya hubungan yang unik antara nilai koefisien Eh dengan
penerimaan penjualan total (disebut dengan istilah total revenue).
Gambar
12
1. Bila
penurunan harga 1% menaikkan jumlah yang diminta lebih besar dari 1 % (yaitu
bila Eh > 1), maka total revenue (TR) yang diterima penjual
dengan adanya penurunan harga tersebut menjadi lebih besar (OBCD > OAFE).
2. Bila
penurunan harga 1% menaikkan jumlah yang diminta dengan 1% (yaitu bila Eh
= 1), maka total revenue tetap (OAFE = OBCD) dengan adanya penurunan harga.
3. Bila
penurunan harga 1% menaikkan jumlah yang diminta lebih kecil dari 1 %, (yaitu
bila Eh < 1), maka total revenue akan menjadi lebih kecil (OBCD
< OAEF) dengan adanya penurunan harga.
Perubahan sebaliknya akan terjadi dengan total revenue bila
harga naik. Untuk Eh > 1, TR
Menurun. Bila harga naik dan untuk Eh
< 1, TR menaik, dengan harga naik. Untuk Eh = 1, TR akan tetap.
Dengan diketahuinya koefisien Eh, penjual bisa menentukan
apakah baginya lebih menguntungkan untuk menaikkan harga. Menurunkan harga atau
tetap mempertahankannya harga lama.
PERKEMBANGAN
BARU DALAM TEORI KONSUMEN
1. Ekonom Paul Samuelson
Mengatakan bahwa:
“Konsep utility yang ordinal itu sendiri tidak
memuaskan karena masih terikat dengan konsep utility yang sulit untuk diuji
secara empiris (utility adalah sesuatu yang ada di benak masing-masing konsumen
sehingga sulit diamati atau diuji secara empiris).
Usulnya:
Menerapkan teori Revealed Preference atau teori
pilihan yang pada pokoknya menunjukkan dalil-dalil pokok dalam teori konsumen
bisa diterangkan atas dasar pilihan yang diungkapkan (revealed perference)
konsumen dalam memilih berbagai macam barang yang dihadapinya.
Asumsi kuncinya adalah konsumen harus mempunyai
sistem preferensi yang konsisten tanpa harus menggunakan konsep utility yang
sulit diamati.
2.
Ekonom
Kelvin Lancaster
Mengatakan bahwa yang menimbulkan kepuasan bukanlah
konsumsi barang dalam artian sehari-hari.
Karakteristik barang adalah unsur-unsur yang
terkandung bersifat fundamental dari barang itu sendiri dan memuaskan konsumen
bila dikonsumsikan.
Menurut
Lancaster, bahwa sumbu-sumbu untuk menggambarkan idifference
curve seorang konsumen haruslah menunjukkan jumlah karakteristik yang
dikonsumsikan dan bukanlah jumlah barang yang dikonsumsikan.
Sebagai
contoh:
Penjelasan
teori “karakteristik” berbeda dengan teori “barang”
Minat konsumen terhadap dua karakteristik dari
barang yang ia konsumsikan, seperti:
Karakteristik
I: (misalnya protein) dan Karakteristik II: (misalnya karbohidrat).
Ada 2 macam barang yang bisa memenuhi kebutuhan
konsumen tersebut, sebutlah barang A dan barang B. Setiap unit barang A (misalnya
beras) mengandung 2 unit karakteristik I (protein) dan 1 unit karakteristik II
(karbohidrat). Setiap unit barang B (misalnya ketela pohon) mengandung 1 unit karakteristik
I dan 2 unit karakteristik II. Hubungan antara konsumsi barang dengan konsumsi karakteristik
ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:

1
2 3 4
5 6 7
8 9 10
Gambar
13
Garis OA menunjukkan berbagai kombinasi jumlah
karakter teristik I dan II yang bisa diperoleh dari berbagai jumlah yang
dikonsumsikan adalah 1 unit barang A, maka posisi konsumen ada di titik A, yang
menghasilkan 2 unit protein dan 1 unit karbohidrat. Apabila konsumsi barang A
adalah 4 unit, maka akan dihasilkan (dari proses konsumsi ini) 8 unit protein
dan 4 unit karbohidrat (titik a’).
Garis OB menunjukkan hal yang sama bagi barang B.
Apabila si konsumen mengkonsumsikan 1 unit barang B, maka ia akan menikmati 2
unit karbohidrat dan 1 uniat protein (titik b’); apabila ia mengkonsumsikan 5 unit
barang tersebut maka ia akan menikmati 10 unit karbohidrat dan 5 unit protein
(titik b’). Kita bisa membaca di titik lain.
Anggap bahwa konsumen kita hanya mempunyai sejumlah
uang tertentu katakan Rp 1.000,- (ini adalah M dalam contoh kita terdahulu), harga per-unit barang
A adalah Rp 250,- dan harga per-unit barang B adalah Rp 200,-. Apabila uang ia
gunakan seluruhnya untuk membeli barang A maka ia bisa mencapai posisi a’, ia
gunakan seluruhnya untuk membeli barang B maka ia bisa mencapai b’ (lihat gambar
14). Ia bisa pula menggunakan sebagian untuk membeli barang A dan sisanya untuk
barang B. Berbagai kombinasi barang A dan B yang ia bisa beli dengan Rp 1.000,-
tersebut ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan a’ dan b’.
Ini adalah budget line-nya bila M= Rp 1.000,-. Maka
ia akan memilih kombinasi (atau posisi) pada garis a’ b’ yang memberikan
kepuasan yang paling tinggi baginya. Dan ini adalah posisi dimana budget line
a’ b’ bisa dicapai indifference curve yang paling tinggi, yang tidak lain adalah
persinggungan dengan I (titik e). Titik e adalah posisi keseimbangan konsumen
tersebut.
Posisi e, ia membeli kombinasi barang A dan B
sehingga bisa menghasilkan baginya 7 unit protein dan 6 karbohidrat (konsumsi
kombinasi karakteristik inilah yang menghasilkan kepuasan maksimum baginya).
Ia akan membeli beberapa unit barang A dan B,
seperti:
(eb’)(Oa’) = (eb’)(4 unit) barang A
a’b’
a’b’
(a’e)(Ob’) = (a’e)(5 unit) barang B
a’b
a’b’
GAMBAR 14
Pengaruh
perubahan harga dan perubahan income terhadap pola konsumsi bisa
dianalisa dengan cara yang sama seperti dalam teori konsumen biasa. Misalnya
apabila harga barang A turun dari Rp 250,- per-unit menjadi Rp 200,- per-unit,
maka budget line yang baru adalah a’b’ dan posisi keseimbangan konsumen yang
baru adalah e’. Selanjutnya kita bisa jabarkan gerakan dari posisi keseimbangan
yang lama (e) ke posisi yang baru (e’) menjadi substitution effect dan income
effect, persis seperti dalam teori konsumen biasa.
Keunggulan dari teori konsumen yang didasarkan atas
karakteristik barang ini:
- Dengan
melihat karakteristik barang dan bukan wujud barang. Maka kita bisa lebih
mengerti mengapa, misalnya nasi dan roti adalah barang substitusi dekat,
sedangkan nasi dan sepatu bukan.
(Nasi
dan roti mempunyai karakteristik yang serupa, sedangkan nasi dan sepatu tidak).
- Barang-barang
yang beraneka ragam corak dan wujudnya sering bisa dipandang sebagai
barang yang mempunyai
karakteristik-karakteristik yang sama tetapi dengan sekadar kandungan yang
berbeda (dalam contoh di atas, nasi dan roti adalah barang yang mempunyai
karakteristik yang sama, yaitu protein dan karbohidrat, tetapi dengan
kadar kandungan yang berbeda). Ini mempermudah analisa. Sering kali barang
baru yang masuk ke pasar bukanlah barang baru yang masuk ke pasar bukanlah
barang baru dari segi macam karakteristik yang dikandung, tetapi hanya
proporsi atau kadar dari masing-masing karakter berbeda.
Jadi,
apabila misalnya timbul barang yang ketiga dalam contoh kita di atas (sebut
barang C) yang juga mempunyai dua karakteristik tetapi dengan kadar yang
berbeda, maka kita tinggal menarik satu garis lurus lagi OC yang mewakili
produk baru ini dan analisa seperti di atas tetap bisa digunakan.
c. Dengan
teori ini kita bisa memandang kegiatan konsumsi itu sendiri mirip sebagai suatu
proses produksi (di dalam rumah tangga) dengan output-nya “karakteristik” dan
input-nya “barang”. Memandang rumah tangga sebagai suatu unit produksi seperti
ini adalah lebih realistis. Sebab sebenarnya banyak kegiatan-kegiatan prosuksi
yang dilakukan di dalam rumah tangga dan untuk rumah tangga itu sendiri
(memasak, mencuci, berkebun dan sebagainya). Dengan teori karakteristik ini
kegiatan-kegiatan ekonomi di dalam suatu rumah tangga dimungkinkan untuk
analisa dengan lebih baik. Teori konsumen biasa menganggap bahwa rumah tangga
adalah semata-mata unit konsumsi.
RANGKUMAN
PERILAKU
KONSUMEN DAN PERMINTAAN PASAR
MATA
AJAR: PENGANTAR ILMU EKONOMI
OLEH:
SAMSUL
ANWAR
NPM:
1370031024
PROGRAM
PERKULIAHAN
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS
KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
TAHUN
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar