Jumat, 15 Januari 2016

Perilaku Konsumen

Add caption
KONSEP DASAR
PERILAKU KONSUMEN DAN PERMINTAAN PASAR

HUKUM PERMINTAAN:
“Bila harga suatu barang naik, maka ceteris paribus (semua faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang dianggap tidak berubah) jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun.

ADA DUA PENDEKATAN (APPROACH) DALAM HUKUM PERMINTAAN:
1.      Pendekatan Marginal Utility
Pendekatan yang bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan (utility) setiap konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan lain (utility yang bersifat cardinal).
Contohnya: seperti mengukur volume air, panjang jalan atau berat dari sekarung beras.
2.      Pendekatan indifference curve
Pendekatan yang tidak memerlukan adanya  anggapan bahwa kepuasan konsumen bisa diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah (utility yang bersifat ordinal).

PENDEKATAN MARGINAL UTILITY
Pendekatan konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan Marginal Utility.
Pendekatan Marginal Utility, Anggap bahwa:
1.      Utility bisa diukur dengan uang
2.      Hukum Gossen (law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu:
Bahwa semakin banyak suatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan (Marginal Utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun.
3.      Capai Konsumenselalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.
Gambar I mengenai Marginal Utility dari konsumsi suatu barang X.
Semakin banyak barang X yang dikonsumsikan, semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X yang terakhir dikonsumskan.
Bila harga barang X adalah OPx, maka pada tingkat konsumsi yang lebih rendah dari OX3, tingkat kepuasan total (total utility) konsumen belum mencapai maksimum.
Misalnya: pada tingkat konsumsi OX1, maka setiap tambahan pembelian 1 (satu) unit X akan memberikan tambahan kepuasan (yang dinilai dengan uang) sebesar X1B, sedangkan pengorbanan (berupa pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah hanya X1A (=OPx).
 










           


Keterangan:
AB      : Tambahan Kepuasan (Marginal utility)
C         : Kepuaan Total Maksimum
X         : Barang Konsumsi
Jadi, ada tambahan kepuasan netto sebesar AB bila konsumen membeli lebih banyak X. Oleh sebab itu masih menguntungkan baginya apabila menambah pembelian barang X.
Sebaliknya, pada tingkat konsumsi lebih besar dari OX3 maka kepuasan total konsumsi OX2, maka tambahan kepuasan yang diperoleh dari pembelian 1 (satu) unit terakhir dari barang X hanya sebesar X2D (=OPx).
Jadi akan menambah kepuasan total konsumen bila dikurangi tingkat konsumsi (pembeliannya).
Konsumen akan mencapai kepuasan total yang maksimum pada tingkat konsumsi (pembelian) dimana pengorbanan untuk pembelian unit terakhir dari barang tersebut (yang tidak lain adalah harga unit terakhir tersebut) adalah sama dengan kepuasan tambahan yang didapatkan dari unit terakhir tersebut.
Kepuasan Total maksimum tercapai bila:
 


Px = MUx atau MUx = 1
                        Fx

“Seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi OPx’, maka untuk mencapai posisi kepuasan total yang maksimum (atau sering disebut posisi equilibrium konsumen), konsumen akan memilih tingkat konsumsi (pembelian) sebesar OX4 (yang lebih kecil dari OX3)”.
Jadi, perilaku konsumen yang dinyatakan oleh Hukum Permintaan terbukti.
Dengan pendekatan marginal utility ini, kurva Marginal Utility (yang diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva permintaan konsumen. Karena menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia minta) pada berbagai tingkat harga.
Posisi Equilibrium konsumen, saat konsumen menghadapi membeli beberapa macam barang:
 


MUx = MUy = ......... MUz  = 1
 Px          P                   Pz

Syarat ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (atau penghasilan atau “budget” yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap barang sama dengan harga masing-masing barang.
Bila kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis dimana konsumen hanya memiliki sejumlah uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli barang-barang sampai pada tingkat MU = P untuk setiap barang. Maka bisa dibuktikan bahwa dengan uang yang terbatas tersebut. Ia bisa mencapai kepuasan total yang paling tinggi bila ia mengalokasikan pembelanjaannya sehinga dipenuhi syarat:
 


MUx = MUy = ......... MUz  > 1
 Px            P                  Pz

Ini disebut Syarat Equilibrium Konsumen dengan Constraint. (Yaitu dengan pembatasan jumlah uang yang dipunyai).

PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE
Anggap bahwa:
1.      Konsumen mempunyai pola referensi akan barang-barang  konsumsi (misalnya X dan Y) yang bisa dinyatakan indifference map atau kumpulan dari indifference curve.
2.      Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
3.      Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum

Definisi Indiffernce Curve:
“Konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama”.
Asumsi Indiverence Curve:
1.      Turun dari kiri ke atas ke kanan bawah
2.      Cembung ke arah origin
3.      Tidak saling memotong
4.      Yang terletak di sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi (tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi yaitu asumsi ordinal utility).














Dengan jumlah uang tertentu (M) konsumen bisa membelikannya semua untuk barang X  dan memperoleh sebanyak: M ; atau membelikannya semua untuk barang Y dan memperoleh  M ;
                                       Px                                                                                                                                                Py
Atau bisa membelanjakan jumlah uang M tersebut untuk berbagai kemungkinan kombinasi X dan Y seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan M  dan  M .
                                                                                                                     Px               Py
Garis ini yang disebut garis Budged atau Budget Line.
Tingkat kepuasan yang maksimum dicapai bila konsumen membelanjakan M untuk membeli sebanyak OY1 barang Y dan OX1 barang X, yaitu pada posisi persinggungan antara budget line dengan indifference curve.
Posisi ini menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium konsumen dengan constraint (M) karena I1 adalah indifference curve yang tertinggi yang bisa dicapai oleh budget line tersebut; posisi selain A hanya bisa mencapai indifference curve yang lebih rendah dari I1.
Sekarang bila harga X turun dari Pmenjadi Px’ dengan harga Y tetap maka budget line akan berayun ke kanan menjadi garis M « M. Posisi equilibrium yang baru adalah pada C.
                                                   Py      Px
Jadi, dengan adanya penurunan harga barang X, maka jumlah barang X yang diminta naik dari OX1 menjadi OX3. Perilaku konsumen menurut Hukum Permintaan, terbukti.
Keunggulan pendekatan Indifference Curve dibandingkan dengan pendekatan Marginal Utility:
1.      Tidak perlunya menganggap bahwa utility konsumen bersifat cardinal
2.      Efek perubahan harga terhadap jumlah yang diminta bisa pecah lebih lanjut menjadi dua, yaitu efek substitusi atau substitution effect dan efek pendapatan atau income effect.
Dari Gambar di atas, efek total dari penurunan harga barang X dari Px menjadi Px’ dapat dipecah menjadi X1X2 = Substitution effect dan X2X3 = Income effect.
Keunggulan lain dari Indefference Curve adalah:
Bisa ditunjukkan beberapa faktor lain yang sangat penting yang mempengaruhi permintaan konsumen akan sesuatu barang.

Faktor-faktor ini (yang di dalam Hukum Permintaan dianggap tidak berubah, atau Ceteris Paribus), adalah:
1.      Penghasilan atau Income Riil konsumen
Kenaikan income rill konsumen yang dicerminkan oleh kenaikan M bila harga-harga barang yang dianggap tetap, biasanya menaikkan permintaan konsumen.
Keadaan seperti ini berlaku bagi barang-barang pada umumnya atau barang “normal”. Pengecualian terjadi untuk barang-barang “inferior”, dimana kenaikan income rill menunjukkan permintaan akan barang tersebut (income effect negatif).











Gambar berikut menggambarkan pengaruh perubahan income terhadap jumlah barang yang diminta:


M’
Px
 

M
Px
 
 












2.      Perubahan harga barang lain.
Perubahan harga barang yang mempunyai “hubungan” dekat dengan suatu barang bisa pula mempengaruhi permintaan akan barang tersebut. Perubahan harga Y bisa mempengaruhi permintaan akan barang X.
Gambar berikut menunjukkan dua pengaruh yang berbeda dari perubahan harga Y terhadap jumlah barang X yang diminta.















3.      Selera konsumen
Perubahan selera konsumen bisa ditunjukkan oleh perubahan bentuk atau posisi dari indifference map. Tanpa ada perubahan harga barang-barang maupun income, permintaan akan sesuatu barang bisa berubah karena perubahan selera.

FUNGSI PERMINTAAN DAN KURVA PERMINTAAN
Fungsi permintaan (demand function) adalah:
Persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan akan sesuatu barang dan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya.
X = f (Px, Py, Pz, M, S)
S = Selera.
Fungsi permintaan tidak bisa digambarkan pada diagram dengan dua dimensi.
Kurva permintaan (demand curve) adalah gambar dari fungsi permintaan yang disederhanakan, yaitu dengan menganggap faktor-faktor lain selain harga barang itu sendiri tidak berubah.
 















Perhatikan bahwa kurva permintaan bergeser; karena adanya perubahan dari faktor-faktor lain (Py, Pz, M, S) yang semula dianggap tetap (ceteris paribus).



KASUS PENGECUALIAN
Ada tiga kasus dimana kurva permintaan yang menurun tidak berlaku:
1.      Kasus Giffen
Kasus ini terjadi bila income effect (yang negatif) bagi barang-barang “inferior” adalah begitu besarnya sehingga substitution effect (yang selalu positif) tidak bisa menutup income effect yang negatif tersebut. Akhirnya penurunan harga barang X justru menurunkan jumlah barang X yang diminta konsumen.
Barang “Giffen” adalah barang “inferior”, tetapi tidak semua barang “inferior” adalah “giffen”.
 


















2.      Kasus Spekulasi
Yaitu bila konsumen berharap bahwa harga barang besok pagi akan naik lagi, maka kenaikan harga tersebut hari ini justru bisa diikuti oleh kenaikan permintaan akan barang tersebut hari ini.
3.      Kasus barang-barang Prestise
Untuk beberapa barang tertentu, misalnya permata bekas milik orang kenamaan. Kenaikan harga bisa diikuti dengan kenaikan permintaan.
Semakin tinggi harga barang tersebut, semakin tinggi kepuasan konsumen yang diperoleh dari naiknya unsur prestise (yang naik sejalan dengan kenaikan harga barang tersebut) dan semakin tinggi pula kesediaan konsumen untuk membayar harga yang lebih tinggi.

SURPLUS KONSUMEN
Surplus konsumen (consumer’s surplus) adalah:
Kelebihan atau perbedaan antara kepuasan total atau total utility (yang dinilai dengan uang) yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsikan sejumlah uang barang tertentu dengan pengorbanan totalnya (yang dinilai dengan uang) untuk memperoleh atau mengkonsumsikan jumlah barang tersebut.
 












Kurva permintaan, menurut pendekatan Marginal Utility adalah kurva marginal utility yang dinilai dengan uang.
Jadi area OABD adalat Total Utility (dinilai dalam uang) yang diperoleh konsumen dari berkonsumsi barang X sebanyak OA.
Pengorbanan totalnya (dalam uang) adalah jumlah uang yang ia bayarkan untuk memeproleh jumlah OA tersebut, yaitu OA kali harga OPx, BA).
Surplus Konsumen adalah selisih dari kedua area tersebut, yaitu PxDB.
Arti pentingnya:
Surplus konsumen menunjukkan keuntungan netto (dalam bentuk kepuasan) yang diperoleh konsumen karena pertukaran bebas dan spesialisasi dalam produks i memungkinkan si konsumen untuk membayar barang-barang dengan harga yang lebih rendah daripada nilai barang tersebut untuknya (yaitu “kepuasan” yang diperoleh).
Bahwa pembatasan terhadap pertukaran bebas akan mengurangi surplus konsumen yang dinikmati oleh konsumen itu sendiri dan surplus konsumen yang dinikmati oleh konsumen itu sendiri dan masyarakat bisa ditunjukkan dengan contoh:
Seandainya pajak dikenakan atas harga perunit X yang dikonsumsikan oleh konsumen kita dalam uraian diatas, sehingga harga belinya menjadi Px +  pajak = P’x.
Gambar 8 menunjukkan bahwa surplus konsumen yang dinikmati konsumen tersebut turun menjadi Px’CD (semula PxBD). Surplus konsumen sebesar  PxECPx’ yang dnikmati oleh pemerintah sebagai pendapatan pajak. Dari segi masyarakat, bagian surplus konsumen ini tidak hilang tetapi hanya berpindah tangan. Tetapi surplus konsumen sebesar CEB ternyata memang benar-benar hilang. Inilah kerugian masyarakat dengan adanya pembatasan terhadap pertukaran bebas (berupa pengenaan pajak tersebut).












Gambar 8

PERMINTAAN PASAR DAN ELASTISITAS
Permintaan pasar untuk sesuatu barang adalah penjumlahan dari semua kurva permintaan konsumen yang ada dalam pasar tersebut.
Seandainya dalam suatu pasar ada 2 orang konsumen (1 dan 2), maka kurva permintaan pasar bisa diperoleh dengan melakukan penjumlahan horisontal dari kurva-kurva permintaan konsumen-konsumen tersebut untuk setiap tingkat harga.



 










Gambar 9

Ada beberapa macam konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan.
1.      Elastisitas harga
Yaitu persentase perubahan jumlah yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut dengan 1 (satu) persen*), atau secara umum:
 


Eh = Persentase perubahan jumlah yang diminta
        Persentase perubahan harga barang tersebut

Bila Eh > 1 dikatakan bahwa permintaan elastis
Bila Eh < 1 dikatakan bahwa permintaan in-elastis
Bila Eh = 1 dikatakan elastisitas harga tunggal (unitary elasticity)
2.      Elastisitas (harga) silang
Yaitu persentase perubahan jumlah yang diminta akan sesuatu barang yang diakibatkan oleh perubahan harga barang lain (yang mempunyai “hubungan”) dengan 1 (satu) persen, atau secara umum.
 


Es = Persentase perubahan permintaan akan barang X
        Persentase perubahan harga barang Y

Bila hubungan antara X dan Y adalah substitusi (yaitu saling bisa mengganti), biasanya Es adalah positif.
Kenaikan harga barang Y diakibatkan berkurangnya permintaan akan barang Y dan bertambahnya (karena proses substitusi Y dengan X) permintaan barang X.
Bila hubungan antara X dan Y adalah komplementer, biasanya Es adalah negatif.
3.      Elastisitas Pendapatan
Yaitu persentase perubahan permintaan akan suatu barang yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan (income) riil konsumen dengan 1 (satu) persen atau:
 


EpPersentase perubahan permintaan akan barang X
         Persentase perubahan pendapatan riil

Untuk barang “normal” Ep positif dan untuk barang “inferior” Ep negatif; Barang-barang kebutuhan pokok biasanya mempunyai Ep < 1 sedang untuk barang-barang yang tidak pokok (misalnya barang-barang mewah) Ep > 1.
Koefisien  elastisitas harga bisa dihitung dengan dua cara:
1.      Elastisitas Busur (Arc Elasticity)
2.      Elastisitas Titik (Point Elasticity)













Gambar 10

 


Arc Elasticity EhDQ/ ½ (Q1 + Q2)
                               DP/ ½  (P1 + P2)

Dimana:
DQ = Q1Q2 dan
DP = P1P2
Arc Elasticity menganggap adanya perubahan harga yang cukup berarti (besar).
Bila perubahan harga kecil, maka rumus elastisitas titik bisa digunakan.
Point elasticity Eh = dQ/Q  =  dQ.P
                              dP/P       dP.Q

Bila dibuktikan secara ilmu ukur bahwa Eh (point) untuk satu titik B adalah sama dengan BM/KB. Bila L persis terletak di tengah-tengah antara K dan M, maka Eh (point) pada L = 1.
Bila titik terletak agak mendekati K, misalnya B, maka Eh pada B > 1. Dan bila agak mendekati M, misalnya C, maka Eh pada C < 1.
 













                                               Gambar 11
Eh penting dari segi penjual karena aadanya hubungan yang unik antara nilai koefisien Eh dengan penerimaan penjualan total (disebut dengan istilah total revenue).









Gambar 12
1.      Bila penurunan harga 1% menaikkan jumlah yang diminta lebih besar dari 1 % (yaitu bila Eh > 1), maka total revenue (TR) yang diterima penjual dengan adanya penurunan harga tersebut menjadi lebih besar (OBCD > OAFE).
2.      Bila penurunan harga 1% menaikkan jumlah yang diminta dengan 1% (yaitu bila Eh = 1), maka total revenue tetap (OAFE = OBCD) dengan adanya penurunan harga.
3.      Bila penurunan harga 1% menaikkan jumlah yang diminta lebih kecil dari 1 %, (yaitu bila Eh < 1), maka total revenue akan menjadi lebih kecil (OBCD < OAEF) dengan adanya penurunan harga.

       Perubahan sebaliknya akan terjadi dengan total revenue bila harga naik. Untuk Eh > 1, TR
 Menurun. Bila harga naik dan untuk Eh < 1, TR menaik, dengan harga naik. Untuk Eh = 1, TR akan tetap.
       Dengan diketahuinya koefisien Eh, penjual bisa menentukan apakah baginya lebih menguntungkan untuk menaikkan harga. Menurunkan harga atau tetap mempertahankannya harga lama.

PERKEMBANGAN BARU DALAM TEORI KONSUMEN
1.      Ekonom Paul Samuelson
Mengatakan bahwa:
“Konsep utility yang ordinal itu sendiri tidak memuaskan karena masih terikat dengan konsep utility yang sulit untuk diuji secara empiris (utility adalah sesuatu yang ada di benak masing-masing konsumen sehingga sulit diamati atau diuji secara empiris).
Usulnya:
Menerapkan teori Revealed Preference atau teori pilihan yang pada pokoknya menunjukkan dalil-dalil pokok dalam teori konsumen bisa diterangkan atas dasar pilihan yang diungkapkan (revealed perference) konsumen dalam memilih berbagai macam barang yang dihadapinya.
Asumsi kuncinya adalah konsumen harus mempunyai sistem preferensi yang konsisten tanpa harus menggunakan konsep utility yang sulit diamati.
2.      Ekonom Kelvin Lancaster
Mengatakan bahwa yang menimbulkan kepuasan bukanlah konsumsi barang dalam artian sehari-hari.
Karakteristik barang adalah unsur-unsur yang terkandung bersifat fundamental dari barang itu sendiri dan memuaskan konsumen bila dikonsumsikan.
Menurut Lancaster, bahwa sumbu-sumbu untuk menggambarkan idifference curve seorang konsumen haruslah menunjukkan jumlah karakteristik yang dikonsumsikan dan bukanlah jumlah barang yang dikonsumsikan.
Sebagai contoh:
Penjelasan teori “karakteristik” berbeda dengan teori “barang”
Minat konsumen terhadap dua karakteristik dari barang yang ia konsumsikan, seperti:
Karakteristik I: (misalnya protein) dan Karakteristik II: (misalnya karbohidrat).
Ada 2 macam barang yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen tersebut, sebutlah barang A dan barang B. Setiap unit barang A (misalnya beras) mengandung 2 unit karakteristik I (protein) dan 1 unit karakteristik II (karbohidrat). Setiap unit barang B (misalnya ketela pohon) mengandung 1 unit karakteristik I dan 2 unit karakteristik II. Hubungan antara konsumsi barang dengan konsumsi karakteristik ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:

 












  



                 1       2       3       4      5       6       7       8       9       10


Gambar 13



Garis OA menunjukkan berbagai kombinasi jumlah karakter teristik I dan II yang bisa diperoleh dari berbagai jumlah yang dikonsumsikan adalah 1 unit barang A, maka posisi konsumen ada di titik A, yang menghasilkan 2 unit protein dan 1 unit karbohidrat. Apabila konsumsi barang A adalah 4 unit, maka akan dihasilkan (dari proses konsumsi ini) 8 unit protein dan 4 unit karbohidrat (titik a’).
Garis OB menunjukkan hal yang sama bagi barang B. Apabila si konsumen mengkonsumsikan 1 unit barang B, maka ia akan menikmati 2 unit karbohidrat dan 1 uniat protein (titik b’); apabila ia mengkonsumsikan 5 unit barang tersebut maka ia akan menikmati 10 unit karbohidrat dan 5 unit protein (titik b’). Kita bisa membaca di titik lain.

Anggap bahwa konsumen kita hanya mempunyai sejumlah uang tertentu katakan Rp 1.000,- (ini adalah M dalam  contoh kita terdahulu), harga per-unit barang A adalah Rp 250,- dan harga per-unit barang B adalah Rp 200,-. Apabila uang ia gunakan seluruhnya untuk membeli barang A maka ia bisa mencapai posisi a’, ia gunakan seluruhnya untuk membeli barang B maka ia bisa mencapai b’ (lihat gambar 14). Ia bisa pula menggunakan sebagian untuk membeli barang A dan sisanya untuk barang B. Berbagai kombinasi barang A dan B yang ia bisa beli dengan Rp 1.000,- tersebut ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan a’ dan b’.
Ini adalah budget line-nya bila M= Rp 1.000,-. Maka ia akan memilih kombinasi (atau posisi) pada garis a’ b’ yang memberikan kepuasan yang paling tinggi baginya. Dan ini adalah posisi dimana budget line a’ b’ bisa dicapai indifference curve yang paling tinggi, yang tidak lain adalah persinggungan dengan I (titik e). Titik e adalah posisi keseimbangan konsumen tersebut.
Posisi e, ia membeli kombinasi barang A dan B sehingga bisa menghasilkan baginya 7 unit protein dan 6 karbohidrat (konsumsi kombinasi karakteristik inilah yang menghasilkan kepuasan maksimum baginya).


Ia akan membeli beberapa unit barang A dan B, seperti:
(eb’)(Oa’) = (eb’)(4 unit) barang A
 a’b’              a’b’
(a’e)(Ob’) = (a’e)(5 unit) barang B
 a’b               a’b’

GAMBAR 14


Pengaruh  perubahan harga dan perubahan income terhadap pola konsumsi bisa dianalisa dengan cara yang sama seperti dalam teori konsumen biasa. Misalnya apabila harga barang A turun dari Rp 250,- per-unit menjadi Rp 200,- per-unit, maka budget line yang baru adalah a’b’ dan posisi keseimbangan konsumen yang baru adalah e’. Selanjutnya kita bisa jabarkan gerakan dari posisi keseimbangan yang lama (e) ke posisi yang baru (e’) menjadi substitution effect dan income effect, persis seperti dalam teori konsumen biasa.
Keunggulan dari teori konsumen yang didasarkan atas karakteristik barang ini:
  1. Dengan melihat karakteristik barang dan bukan wujud barang. Maka kita bisa lebih mengerti mengapa, misalnya nasi dan roti adalah barang substitusi dekat, sedangkan nasi dan sepatu bukan.
(Nasi dan roti mempunyai karakteristik yang serupa, sedangkan nasi dan sepatu tidak).
  1. Barang-barang yang beraneka ragam corak dan wujudnya sering bisa dipandang sebagai barang  yang mempunyai karakteristik-karakteristik yang sama tetapi dengan sekadar kandungan yang berbeda (dalam contoh di atas, nasi dan roti adalah barang yang mempunyai karakteristik yang sama, yaitu protein dan karbohidrat, tetapi dengan kadar kandungan yang berbeda). Ini mempermudah analisa. Sering kali barang baru yang masuk ke pasar bukanlah barang baru yang masuk ke pasar bukanlah barang baru dari segi macam karakteristik yang dikandung, tetapi hanya proporsi atau kadar dari masing-masing karakter berbeda.
Jadi, apabila misalnya timbul barang yang ketiga dalam contoh kita di atas (sebut barang C) yang juga mempunyai dua karakteristik tetapi dengan kadar yang berbeda, maka kita tinggal menarik satu garis lurus lagi OC yang mewakili produk baru ini dan analisa seperti di atas tetap bisa digunakan.
c.       Dengan teori ini kita bisa memandang kegiatan konsumsi itu sendiri mirip sebagai suatu proses produksi (di dalam rumah tangga) dengan output-nya “karakteristik” dan input-nya “barang”. Memandang rumah tangga sebagai suatu unit produksi seperti ini adalah lebih realistis. Sebab sebenarnya banyak kegiatan-kegiatan prosuksi yang dilakukan di dalam rumah tangga dan untuk rumah tangga itu sendiri (memasak, mencuci, berkebun dan sebagainya). Dengan teori karakteristik ini kegiatan-kegiatan ekonomi di dalam suatu rumah tangga dimungkinkan untuk analisa dengan lebih baik. Teori konsumen biasa menganggap bahwa rumah tangga adalah semata-mata unit konsumsi.




























RANGKUMAN

PERILAKU KONSUMEN DAN PERMINTAAN PASAR




MATA AJAR: PENGANTAR ILMU EKONOMI


OLEH:
SAMSUL ANWAR
NPM: 1370031024



PROGRAM PERKULIAHAN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
TAHUN 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar